BLANDED LEARNING
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi
begitu pesat, khususnya pada bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Informasi sudah dapat diakses di mana-mana dengan menggunakan media komunikasi
atau tanpa media komunikasi. Sehubungan dengan itu, dapat diperkirakan akan
terjadi perubahan dalam setiap aspek kehidupan. Kini manusia tidak lagi
merasakan keterbatasan-keterbatasan dalam mendapatkan informasi seperti yang
mereka rasakan pada zaman dulu karena hal tersebut dapat diatasi dengan
penggunaan teknologi. Perkembangan dunia teknologi saat ini telah mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Seiring dengan perkembangannya
teknologi ini, dunia pendidikan pun harus mengalami perkembangan. Banyak cara
yang dapat digunakan di dalam dunia pendidikan untuk mendapatkan manfaat dari
teknologi informasi.
Dalam berbagai
kajian dan penelitian dinyatakan bahwa pendidikan merupakan indikator kejayaan
bangsa, demikian pula guru memegang peran penting dalam membelajarkan para
peserta didik (learner). Oleh karena itu, pembelajaran yang dilakukan guru
menjadi indikator kunci keberhasilan pendidikan. Memasuki abad dua puluh satu
ini, guru sebagai sumber belajar utama dirasa tidak memadai lagi, sumber
belajar guru harus terintegrasi dengan sumber belajar lain, yaitu sumber
belajar cetak, audia, audio visual, dan komputer. Bahkan perlu juga
memanfaatkan handphone sebagai mobile learning.
Guru masa depan
dalam kegiatan pembelajaran dapat berfungsi sebagai seniman (artist) dan ilmuwan
(scientist) dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dan mengelola
sumber-sumber belajar yang sengaja dirancang dan dimanfaatkan. Oleh karena itu
diperlukan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru dalam merancang
pembelajaran terutama dalam upaya memecahkan masalah atau mengaplikasikan dalam
rancangan pembelajaran mata pelajaran agar kualitas pembelajaran meningkat yang
sensitif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di kenal
dengan Pembelajaran Berbasis Blended Learning (PPBL). Dengan PBPL maka
pembelajaran bukan hanya berbasis pada tatap muka, tetapi dikombinasikan dengan
sumber yang bersifat Offline maupun Online.
Kecenderungan
pembelajaran masa depan telah mengubah pendekatan pembelajaran tradisional ke
arah pembelajaran masa depan yang disebut sebagai pembelajaran abad pengetahuan,
bahwa orang dapat belajar: di mana saja, artinya orang dapat belajar di ruang
kelas/kuliah, di perpustakaan, di rumah, atau di jalan; kapan saja, tidak
sesuai yang dijadwalkan bisa pagi, siang sore atau malam; dengan siapa saja,
melalui guru, pakar, teman, anak, keluarga atau masyarakat; melalui sumber
belajar apa saja, melalui buku teks, majalah, koran, internet, CD ROM, radio,
televisi, dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Blended Learning
Blended
Learning terdiri dari kata blended (kombinasi/ campuran) dan learning
(belajar). Makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada
belajar yang mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face
to face = f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline). Thorne
(2003) menggambarkan blended learning sebagai "It represents an
opportunity to integrate the innovative and technological advances offered by
online learning with the interaction and participation offered in the best of
traditional learning. Sedangkan Bersin (2004) mendefinisikan blended learning
sebagai: “the combination of different training “media” (technologies,
activities, and types of events) to create an optimum training program for a
specific audience. The term “blended” means that traditional instructor-led
training is being supplemented with other electronic formats. In the context of
this book, blended learning programs use many different forms of e-learning,
perhaps complemented with instructor-led training and other live formats”.
Istilah blended learning pada awalnya digunakan untuk menggambarkan mata kuliah
yang mencoba menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online.
Saat ini istilah blended menjadi populer, maka semakin banyak kombinasi yang
dirujuk sebagai blended learning. Dalam metodologi penelitian, digunakan
istilah mixing untuk menunjukkan kombinasi antara penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Adapula yang menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif,
yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian
pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi
strategi penyampaikan pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka,
pembelajaran berbasis komputer (offline), dan komputer secara online (internet
dan mobile learning).
Pembelajaran berbasis Blended learning
berkembang sekitar tahun 2000 dan sekarang banyak digunakan di Amerika Utara,
Inggris, Australia, kalangan perguruan tinggi dan dunia pelatihan. Melalui
blended learning semua sumber belajar yang dapat memfasilitasi terjadinya
belajar bagi orang yang belajar dikembangkan. Pembelajaran blended dapat
menggabungkan pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan pembelajaran
berbasis komputer. Artinya, pembelajaran dengan pendekatan teknologi
pembelajaran dengan kombinasi sumber-sumber belajar tatap muka dengan pengajar
maupun yang dimuat dalam media komputer, telpon seluler atau iPhone, saluran
televisi satelit, konferensi video, dan media elektronik lainnya. Pebelajar dan
pengajar/fasilitator bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Tujuan utama pembelajaran blended adalah memberikan kesempatan bagi berbagai
karakteristik pebelajar agar terjadi belajar mandiri, berkelanjutan, dan berkembang
sepanjang hayat, sehingga belajar akan menjadi lebih efektif, lebih efisien,
dan lebih menarik.
|
Face to face
|
|
Online learning
|
|
Blended
Learning
lea
|
Hasil
penelitian yang dilakukan Dziuban, Hartman, dan Moskal (2004) menemukan bahwa
program blended learning memiliki potensi untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dan juga menurunkan tingkat putus sekolah dibandingkan dengan
pembelajaran yang sepenuhnya pembelajaran online. Demikian juga ditemukan bahwa
model pembelajaran berbasis blended lebih baik daripada pembelajaran tatap muka
(Face to face). Berdasarkan temuannya yang menunjukkan perbandingan tingkat
keberhasilan (bagi siswa mencapai nilai A, B, atau C) selama dua tahun.Hasil penelitian
pembelajaran yang dilakukan melalui tatap muka (face to face), pembelajaran
kombinasi (blended) dan pembelajaran melalui internet (online) penuh..
Persentase nilai hasil belajar antara pembelajaran tatap muka (face to face),
pembelajaran kombinasi (blended) dan pembelajaran melalui internet (online)
(Dziuban, Hartman, & Moskal, 2004)
Pembelajaran
Musim Semi 2001 Panas 2001 Dingin 2001 Semi 2002 Panas 2002 Dingin 2002 Semi
2003 Tatap Muka (Face to Face) 91 93 91 90 94 91 91 Kombinasi (Blended) 91 97
94 91 97 92 91 Internet (Online) penuh 89 93 90 92 92 92 91 Pembelajaran
berbasis blended learning, di samping untuk meningkatkan hasil belajar,
bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga mode
pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran yang berbasis ruang kelas tradisional,
yang blended, dan yang sepenuhnya online. Para peneliti memberikan bukti yang
menunjukkan bahwa blended learning menghasilkan perasaan berkomunitas lebih
kuat antar mahasiswa daripada pembelajaran tradisional atau sepenuhnya online
(Rovai dan Jordan, 2004).
B.
Karakteristik Blended Learning
Blended learning sebagai metode pembelajaran memiliki
beberapa kriteri. Menurut Rosenberg (2001) dalam Rusman (2013: 349)
mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-learning adalah
sebagai berikut: 1) e-learning bersifat jaringan yang membuatnya mampu
memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan
dan sharing pembelajaran dan informasi; 2) e-learning dikirimkan
kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar teknologi internet;
3) e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas,
solusi pembelajaran yang mengungguli paradigma dalam pelatihan.
Saat ini, pembelajaran
berbasis Blended Learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap
muka,teknologi cetak,teknologi audio,teknologi audio visual,teknologi
computer,teknologi m-leaning (mobile learning). Dalam blended leaning terdapat
enam unsur yang harus ada, yaitu : (1) tatap muka (2) belajar mandiri, (3) aplikasi, (4)
tutorial, (5) kerjasama, dan (6) evaluasi. Selain ke 6 unsur tadi blended
learning sebagai metode pembelajaran juga memiliki karakteristik tersendiri,
adapun karakteristiknya yaitu sebagai berikut:
- Pembelajaran yang mengabungkan
berbagai cara penyampaian, model pengajaran, gaya pembelajaran, serta
berbagai media berbasis teknologi yang beragam.
- Sebagai sebuah
kombinasi pengajaran langsung (face to face), belajar mandiri, dan belajar
mandiri via online
- Pembelajaran
didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan
gaya pembelajaran
- Guru dan orang tua peserta
belajar memilki peran yang sama penting, guru sebagai fasilator, dan orang
tua sebagai pendukung.
Selain
karakteristik yang ada di atas, Soekartawi (2013) juga memberikan ciri-ciri
lebih spesifik mengenai blended learning, yaitu:
a.
Kegiatan
belajar terpisah dengan kegiatan pembelajaran.
b. Selama
proses belajar siswa selaku peserta didik dan guru selaku pendidik terpisahkan
oleh tempat, jarak geografis dan waktu atau kombinasi dari ketiganya.
c. Karena siswa
dan guru terpisah selam pembelajaran, maka komunikasi diantara keduanya dibantu
dengan media pembelajaran, baik media cetak (bahan ajar berupa modul) maupun
media elektronika (CD-ROM, VCD), telepon, radio, video, televisi, dan computer.
d.
Jasa
pelayanaan disediakan baik untuk siswa maupun untuk guru, misalnya resource
learning center atau pusat sumber belajar, bahan ajar, infrakstruktur
pembelajaran. Dengan demikian baik siswa maupun guru tidak harus mengusahakan
sendiri keperluaan dalam proses belajar mengajar.
e. Komunikasi
antar siswa dan guru dapat dilakukan baik melalui cara komunikasi satu arah
maupun dua arah (two-ways
communication), contoh komunikasi dua arah ini ialah:
teleconfrensing, video confrensing, emodorating, dsb)
f.
Proses
belajar mengajar pada pendidikan jarak jauh masih dimungkinkan dengan melakukan
pertemuan tatap muka (tutorial), walapun itu bukan suatu keharusan.
g. Selama
kegiatan belajar siswa lebih cenderung membentuk kelompok belajar, walapun
sifatnya tidak tepat dan tidak wajib.
h.
Karena
hal-hal yang disebutkan diatas maka peran guru lebih bersifat sebagai
fasilitator dan siswa bertindak sebagai participant.
C. Kelebihan dan kekurangan Blended
Learning
Kelebihan
Blended learning :
1. Pembelajaran terjadi secara mandiri
dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling
melengkapi.
2. Pembelajaran lebih efektif dan
efisien.
3. Meningkatkan aksesbiltas
4.
Peserta belajar
semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
Kekurangan Blended learning
1. Media yang dibutuhkan sangat
beragam,
2. Tidak meratanya fasilitas yang
dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap penggunaan teknologi.
Yang penting,
pembelajaran berbasis blended learning bertujuan untuk memfasilitasi terjadinya
belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar dengan memperhatikan
karakteristik pebelajar dalam belajar. Pembelajaran juga dapat mendorong
peserta untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kontak face-to-face dalam
mengem-bangkan pengetahuan. Lalu, persiapan dan tindak-lanjutnya dapat
dilakukan secara offline dan online. Program belajar yang total online tidak
dianjurkan untuk pembelajaran yang masih mempertimbangkan perlunya kontak tatap
muka antara pebelajar dan pengajar.
Dalam skenario
pembelajaran berikutnya tentu saja harus memutuskan untuk tujuan mana mana yang
dilakukan dengan pembelajaran tatap muka, dan bagian mana yang offline dan
online. Misalnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani, pada saat menjelaskan
pengetahuan dan teknik gerak dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis
komputer (offline), untuk melihat aplikasi gerakan dalam suatu pertandingan
dapat dilakukan melalui akses internet (online), dan pada saat menjelaskan dan
mendemonstrasikan, melatih keterampilan, melatih disiplin, dan sportivitas
lebih cocok dilakukan dengan tatap muka. Demikian pula dalam pembelajaran
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di mana guru atau instruktur semua kegiatan berbasis audio (pemahaman
pendengaran, ekspresi oral) akan berlangsung di ruang kelas, sedangkan kegiatan
berbasis teks akan dilakukan secara online.
Peran pengajar
dalam pembelajaran berbasis blended learning sangat penting dalam mengelola
pembelajaran. Yang pasti pengajar harus melek informasi. Di samping memiliki
keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi pembelajaran tatap muka, pengajar
juga harus memiliki kpengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan sumber
belajar berbasis komputer (Microsoft Word dan Microsoft PowerPoint) dan
keterampilan untuk mengakses internet, kemudian dapat menggabungkan dua atau
lebih metode pembelajaran tersebut. Seorang pengajar dapat memulai pembelajaran
dengan tatap muka terstruktur kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis
komputer offline dan pembelajaran secara online. Kombinasi pembelajaran juga
dapat diterapkan pada integrasi e-learning (online), menggunakan komputer di
kelas, dan pembelajaran tatap muka di kelas.
Bimbingan belajar perlu diberikan kepada
pebelajar sejak awal, agar para pebelajar memiliki keterampilan belajar
kombinasi sejak awal, karena kemampuan ini akan menjadi alat belajar di masa
depan. Peran pengjaar sangat penting karena hal ini memerlukan proses
transformasi pengetahuan isi dan blended learning sebagai alat. Dengan makin baiknya
sistem ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, maka penduduk dunia akan semakin
banyak pula, oleh karena itu perlu dilakukan pembelajaran yang efisien dalam
pemanfaatan sumber daya, pembelajaran berbasis blended learning merupakan suatu
keniscayaan untuk dilaksanakan dalam sistem pembelajaran, khususnya di
Indonesia. Kunci dari semua ini terletak pada peran pengajar yang mengusai
kompetensi untuk mengelola pembelajaran berbasis blended learning.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konsep
Blended Learning merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran.
Inovasi ini menyangkut pencampuran model belajar konvensional dan model belajar
online dengan jaringan internet. Pembelajaran Blended Learning ini
adalah model pembelajaran campuran maka teori yang digunakan pun terdiri atas
berbagai teori belajar dari beberapa ahli dengan menyesuaikan situasi dan
kondisi belajar peserta didik. Pembelajaran berbasis blended learning
merupakan pilihan terbaik untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya
tarik yang lebih besar dalam berinteraksi antar manusia dalam lingkungan
belajar yang beragam. Belajar blended menawarkan kesempatan belajar untuk
menjadi baik secara bersama-sama dan terpisah, demikian pula pada waktu yang
sama maupun berbeda. Sebuah komunitas belajar dapat dilakukan oleh pelajar dan
pengajar yang dapat berinteraksi setiap saat dan di mana saja karena
memanfaatkan yang diperoleh komputer maupun perangkat lain (iPhone) sebagai
fasilitasi belajar. Blended learning memberikan fasilitasi belajar yang sangat
sensitif terhadap segala perbedaan karakteristik pskiologis maupun lingkungan
belajar.
Namun
Blended Learning ini tidak berarti menggantikan model belajar
konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui
pengembangan teknologi pendidikan.
Daftar
Pustaka
http://pls213065-auliya.blogspot.co.id/2013/12/blended-learning-dalam-pembelajaran.html
http://repository.upi.edu/10909/
PENERAPAN
METODE BLENDED LEARNING
Komentar
Posting Komentar